Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara ( yang disusun sebuah panitia
dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan kerajaan paling awal yang
ada di Nusantara).
Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar Banten
memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein
Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan
lain-lainnya. Banyak sudah temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan,
ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti John Miksic,
Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi,
Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten menjadi
tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa Inggris.
Keturunan India
Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling,
pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap
karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara
adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata
karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi
dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.
Tokoh awal
yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau
penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri
Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh
Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah
dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman
menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia
menjadi raja pertama dengan gelar Prabu
Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil
di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api) yang berada di
Pulau Krakatau.
Rajatapura
adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I -
VIII). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130
Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama
38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja
Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak
itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan
Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari
Calankayana, India bernama Jayasinghawarman.
Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik,
makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis. Sementara Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan
Maurya. Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara,
pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian
berubah menjadi Kerajaan Daerah.
Daftar
nama-nama raja yang memerintah Kerajaan Salakanagara adalah:
|
Tahun berkuasa
|
Nama raja
|
Julukan
|
Keterangan
|
|
130-168 M
|
Dewawarman I
|
Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara
|
Pedagang asal Bharata (India)
|
|
168-195 M
|
Dewawarman II
|
Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra
|
Putera tertua Dewawarman I
|
|
195-238 M
|
Dewawarman III
|
Prabu Singasagara Bimayasawirya
|
Putera Dewawarman II
|
|
238-252 M
|
Dewawarman IV
|
Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon
|
|
|
252-276 M
|
Dewawarman V
|
Menantu Dewawarman IV
|
|
|
276-289 M
|
Mahisa Suramardini Warmandewi
|
Puteri tertua Dewawarman IV & isteri Dewawarman V,
karena Dewawarman V gugur melawan bajak laut
|
|
|
289-308 M
|
Dewawarman VI
|
Sang Mokteng Samudera
|
Putera tertua Dewawarman V
|
|
308-340 M
|
Dewawarman VII
|
Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati
|
Putera tertua Dewawarman VI
|
|
340-348 M
|
Sphatikarnawa Warmandewi
|
Puteri sulung Dewawarman VII
|
|
|
348-362 M
|
Dewawarman VIII
|
Prabu Darmawirya Dewawarman
|
Cucu Dewawarman VI yang menikahi Sphatikarnawa, raja
terakhir Salakanagara
|
|
Mulai 362 M
|
Dewawarman IX
|
Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara
|
Didahului oleh: Kerajaan Hindu-Budha Digantikan oleh:
Tidak ada 150 - 362 Tarumanagara
Referensi
- Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kritik dan sarannya